(TentangBayang-bayangKemerdekaan)
Kata-kata tak pernah "sekadar kata-kata"; kata-kata bermakna karena kata-kata menentukan garis-batas apa yang bisa kita kerjakan
Jumat, 22 Juli 2016
Kamis, 07 Juli 2016
NYANYIAN REVOLUSI
Penderitaan hidup di dunia ini
Beriklaslah kita bersama
Berat sama di pikul, ringan sama di jinjing
Bertujuan melangkah yang satu
Membebaskan rakyat tertindas
Dari cengkeraman lilitan penjajah
Menderita duka lahir dan batin
Daging kita sama darah kita satu
Tubuh kita satu arwah kita sama
Mengarungi lautan penindasan
Bersama kita kuat berpisah kita runtuh
Sama rata sama rasa
Sama tangis sama ratap
Sama derita sama penindasan
Selalu banggalah, selalu majulah
Lantungkan nada perlawanan
Bersama nyanyian bangsamu
Kita pasti menang
Kita pasti menang
Uncen Gapura
05-06-06
Aleks Giyai
Beriklaslah kita bersama
Berat sama di pikul, ringan sama di jinjing
Bertujuan melangkah yang satu
Membebaskan rakyat tertindas
Dari cengkeraman lilitan penjajah
Menderita duka lahir dan batin
Daging kita sama darah kita satu
Tubuh kita satu arwah kita sama
Mengarungi lautan penindasan
Bersama kita kuat berpisah kita runtuh
Sama rata sama rasa
Sama tangis sama ratap
Sama derita sama penindasan
Selalu banggalah, selalu majulah
Lantungkan nada perlawanan
Bersama nyanyian bangsamu
Kita pasti menang
Kita pasti menang
Uncen Gapura
05-06-06
Aleks Giyai
CERITA MALAM YANG PILU
Dalam dingan malam
sepoi sejuk tertiup
berbisik tentang kebisuan
Di atas remah malam
bintang gemintang meredup perlahan
berkata tentang kesepian
Rembulan malam terpancar
serpihan memburam di sela pepohonan
berbicara tentang kesedihan
Nyamuk kecil lantang bersuara
lalu lalang di muka wajah
berseru tentang kepedihan
Dinding tembok rumah
kokoh tancap menjulang
mengisyaratkan tentang kebisuan
Perih slalu menghampiri menyayat hati
dengan cerita malam pilu tersayu
membuat sejuta tanya menyentak nurani
Getir dingin menyelimuti tubuh
mata sayup senyap melilit kelopak
pulang tidur memeluk diri nan bangunlah
Karya : Aleks Giyai
Jayapura, 24 Juni 2016
sepoi sejuk tertiup
berbisik tentang kebisuan
Di atas remah malam
bintang gemintang meredup perlahan
berkata tentang kesepian
Rembulan malam terpancar
serpihan memburam di sela pepohonan
berbicara tentang kesedihan
Nyamuk kecil lantang bersuara
lalu lalang di muka wajah
berseru tentang kepedihan
Dinding tembok rumah
kokoh tancap menjulang
mengisyaratkan tentang kebisuan
Perih slalu menghampiri menyayat hati
dengan cerita malam pilu tersayu
membuat sejuta tanya menyentak nurani
Getir dingin menyelimuti tubuh
mata sayup senyap melilit kelopak
pulang tidur memeluk diri nan bangunlah
Karya : Aleks Giyai
Jayapura, 24 Juni 2016
DERASNYA RINDU
Seribu rintik rindu mengguyur di beranda lamunan
Menggelitik kalbu membasahi rasa
Terbendung di dasar telaga hati
Ingin ku buka mengalirkan ke muara hatimu
Karena sepantasnya kau menampung
Jikalau merelakan di penuhi
Akan membenamkan diri kedalam kolam,
berenangi rindu
Berkaca diri ke dalam genangan air,
membayangi wajahmu
Walau raga mu tak mampu ku sentuh
Kini hanya mampu memendam rasa
Rindu yang bergejolak di dada
Untuk membelai ramputmu
Mencium pipi hitam manismu
Hingga merangkul tubuh mu
Kedalam dekapan cintaku
Karya: Aleks Giyai
Jayapura, 05 Juni 2016
Menggelitik kalbu membasahi rasa
Terbendung di dasar telaga hati
Ingin ku buka mengalirkan ke muara hatimu
Karena sepantasnya kau menampung
Jikalau merelakan di penuhi
Akan membenamkan diri kedalam kolam,
berenangi rindu
Berkaca diri ke dalam genangan air,
membayangi wajahmu
Walau raga mu tak mampu ku sentuh
Kini hanya mampu memendam rasa
Rindu yang bergejolak di dada
Untuk membelai ramputmu
Mencium pipi hitam manismu
Hingga merangkul tubuh mu
Kedalam dekapan cintaku
Karya: Aleks Giyai
Jayapura, 05 Juni 2016
Aku Akan Mencari Mu
Aku ingin mengikutimu betapa pun jauh
perjalanan yang bakal meresahkan ini
menyeberangi lautan, menjelajah awan
menembus langait dan bintang-bintang
Walau kau menghilang dalam angkasa imaji orang
tengelam dalam lautan nalar manusia
terjepit diantara keserakahan nan birahi harta
terkunyah di sudut bibir-bibir kaum pengidam
Jikalau hukumnya mengekang daya juang kami
walau suara dibungkam dalam demokrasinya
betapa timah peluruh panas menembus kulit
tubuh dekil hitam di jeruji besi pun
Begitu pun,
jejak langkah demi selangkah akan gapai
menusuri lembah menapaki terjal
mengipas debu memilah kerikil
yang terlintas di jalan hidup ini
Oh... kami tetap akan mencari mu
engkau yang bernama kebenaran
engkau yang berwajah kebebasan
engkau yang berpostur kemerdekaan
yang hilang di rampas dari kehidupan
Karya: Aleks Giyai
Jayapura, 27 Juni 206
perjalanan yang bakal meresahkan ini
menyeberangi lautan, menjelajah awan
menembus langait dan bintang-bintang
Walau kau menghilang dalam angkasa imaji orang
tengelam dalam lautan nalar manusia
terjepit diantara keserakahan nan birahi harta
terkunyah di sudut bibir-bibir kaum pengidam
Jikalau hukumnya mengekang daya juang kami
walau suara dibungkam dalam demokrasinya
betapa timah peluruh panas menembus kulit
tubuh dekil hitam di jeruji besi pun
Begitu pun,
jejak langkah demi selangkah akan gapai
menusuri lembah menapaki terjal
mengipas debu memilah kerikil
yang terlintas di jalan hidup ini
Oh... kami tetap akan mencari mu
engkau yang bernama kebenaran
engkau yang berwajah kebebasan
engkau yang berpostur kemerdekaan
yang hilang di rampas dari kehidupan
Karya: Aleks Giyai
Jayapura, 27 Juni 206
Bersama mu
Bak hati sunyi
tanpa dirimu
oh kekasih
Tubuh lelah jiwa letih
serasa hampa tiada arti
jika sedetik saja tak bersama mu
Sehari, setahun pun seribu tahun
takkan usang termakan dentuman arloji
pudarnya panjang sabar tuk menanti mu
Hanya harap ku
kau sepenuhnya milik
lingkar bingar hidup bersama arungi
Sampai hidup rentang uban memutih
Karya: Aleks Giyai
Jayapura, 06 Juni 2016
tanpa dirimu
oh kekasih
Tubuh lelah jiwa letih
serasa hampa tiada arti
jika sedetik saja tak bersama mu
Sehari, setahun pun seribu tahun
takkan usang termakan dentuman arloji
pudarnya panjang sabar tuk menanti mu
Hanya harap ku
kau sepenuhnya milik
lingkar bingar hidup bersama arungi
Sampai hidup rentang uban memutih
Karya: Aleks Giyai
Jayapura, 06 Juni 2016
BIASAKAN
Jalan berliku-liku mencarinya
tiada berambu-rambu menunjuk
walau bertatih-tatih mengejar
Hanya berangan-angan
manakala kau capai
jika impian hanya berkunyah di bibir lalu
itulah sebabnya jangan membiasakan
Mari membiasakan diri
kaki yang melangkah dari selangkah bergerak
tangan yang tetap menari di ladang juang
pikiran yang merajai jagad namun bertindak lokal
Manakala bintang kau petik
jika kaki tangan berpangku merenungi
manakala kau raih impiam mu
niat dan tekadmu kau tidurkan di kasur otak
Berlarilah hinga ke segenap penjuru
bermandikan derai air mata
bermodalkan busur keyakinan
berpangku tangan gaibNya Sang Khalik
meraih sukses nan bebasmu
Karya: Aleks Giyai
Jayapura, 30 Mei 2016
tiada berambu-rambu menunjuk
walau bertatih-tatih mengejar
Hanya berangan-angan
manakala kau capai
jika impian hanya berkunyah di bibir lalu
itulah sebabnya jangan membiasakan
Mari membiasakan diri
kaki yang melangkah dari selangkah bergerak
tangan yang tetap menari di ladang juang
pikiran yang merajai jagad namun bertindak lokal
Manakala bintang kau petik
jika kaki tangan berpangku merenungi
manakala kau raih impiam mu
niat dan tekadmu kau tidurkan di kasur otak
Berlarilah hinga ke segenap penjuru
bermandikan derai air mata
bermodalkan busur keyakinan
berpangku tangan gaibNya Sang Khalik
meraih sukses nan bebasmu
Karya: Aleks Giyai
Jayapura, 30 Mei 2016
Langganan:
Postingan (Atom)